Search This Blog
“Ini hanya catatan. Bisa tentang apa saja yang terlintas di kepala dan rasa. Ada yang penting, ada yang tidak, tapi semuanya berarti. Kalau kamu baca dan merasa ada yang nyambung, selamat, kita sudah berkawan. Kalau enggak nyambung, mungkin kamu bacanya sambil lapar. Karena, seperti hidup, catatan ini tidak harus selalu masuk akal.”
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
Halo Nana
Halo Nana, apa kabar? Tentunya kabar baik bukan? Dari balik jendela, aku selalu dibisikkan dengan kabar baikmu. Maaf, setelah lebih dari 12 purnama ini aku baru bisa membalas pesanmu. Karena perlu waktu yang bahkan lebih dari ini untuk mampu mencerna dengan baik pesanmu waktu itu, bahkan sampai sekarang aku masih belum pandai untuk menutupi rasaku sendiri. Aku tidak punya kalimat penutup untuk cerita kita waktu itu. Kabar yang terlalu cepat, untuk cerita yang begitu singkat, sampai aku sendiri dibuat tidak berdaya dengan kabar itu.
Nana, benar katamu. Kita manusia, dan manusia hanya
diciptakan. Ketika Sang Maha Pencipta mengatur semuanya, apalah yang kita bisa?
Tetapi, jika rasaku ini belum mampu untuk melupa, apalah yang aku bisa?
Nana, kali ini syariat melarangku untuk merindukanmu. Bahkan, menyapamu pun itu sebuah kesalahan.
Nana, aku pikir setelah aku melihatmu dengan manusia lain,
itu akan lebih memudahkanku untuk melupakan, ternyata masih saja sulit. Pergi
jauh pun rasanya itu belum cukup.
Nana, aku tahu kali ini kau sudah berbahagia. Aku pun
sadar, pada saat ini orang yang tepat telah membuatmu senang. Dan aku turut
senang. Aku senang ketika sesekali melihatmu, terlihat sangat bahagia ya, aku
senang ketika mendengar kabarmu lebih baik dari waktu itu. Tuhan tahu apa yang
kamu butuhkan, Nana.
Dan sekarang, kamu punya apa yang kamu butuhkan bukan? Kau
berhak untuk lupa padaku dengan peranmu yang sekarang. Tetapi, apakah aku juga mampu untuk lupa padamu? Pada awalnya aku berpikir,
Tuhan tidak adil ketika menjadikan kalian sebuah satu pasangan, sedangkan Dia hanya
melemparkanku pada kesendirian. Namun untuk sekarang, mungkin ini yang
aku butuhkan, ini yang aku perlukan. Ya, kesendirian.
Setelah hari itu, hari-hariku adalah hari ketabahan. Aku
menjadi lebih sering berdialog pada Tuhan, berbicara perihal pengampunan dan
pintu maaf. Berharap permohonan maafku Tuhan sampaikan juga kepadamu, kata
maafku untuk semuanya. Semuanya.
Nana, terimakasih sudah berkenan hadir di Bumiku. Bumi yang
sederhana ini. Selamat kembali ke tempat yang seharusnya kamu berada, tempat yang seharusnya kamu di sana, tempat yang layak untuk kamu dan
seseorang yang mampu memberikanmu segalanya.
Tidak ada sedikit pun penyesalan dari diriku karena telah
melibatkanmu dalam perjalananku. Karena sedari awal, aku sudah sadar, aku tahu diri. Kita berbeda,
alam semesta kita memang bersebrangan.
Pada saat itu, tugasku hanya membuatmu senang. Perihal bagaimana kau terhadapku, itu urusanmu.
Popular Posts
Untuk mereka yang masih ada di hari ini
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment